Air terjun terindah yg pernah aku kunjungi tempo lalu, pada 12 september 2016 merupakan salah satu destinasi wisata yg membuat aku ingin kembali kesana.
Lebay ya? Tapi tidak bagi mereka yg pernah sampai ke Air Terjun Dait, berada di Ds Sekendal, Kec Air Besar, Kab Landak, Kalimantan Barat.
Tentu bagi kamu yg sudah pernah berkunjung kesini sangat setuju, terlebih dengan kesegaran air, serta gemuruh dentuman air yg konstan memanjakan telinga.

Dok Pribadi
Dengan suasana berkemah yang sangat damai dan tenang, terlebih jika sedang tidak ramai pengunjung, benar-benar tenang dan jauh dari hiruk pikuk kota yg kerap kali membangkitkan stress.
Sajian keemas-an permukaan kolam air terjun menjadi daya tarik pengunjung, termasuk aku pribadi yang sempat terperangah, ketika melihat warna yg sedikit kuning dan kecoklatan.
Rupanya kamuflase kejernihan tersebut dikarenakan dasar dari kolam yang mayoritas pasir hampir tanpa batu, beda dari sungai atau kali pada umumnya.

Dok Pribadi
Sejuk nya air sangat berbeda dari sejuk air yg biasa aku rasakan yaitu ‘para konsumen freon’, tentu kamu yg sering berkunjung ke curug atau riam merasakan hal yg sama, sejuk nya yg terasa jauh berbeda ketimbang seharian minum air dari lemari es atau kulkas.
Tapi untuk mendapatkan keindahan tersebut harus dibayar dengan peluh keringat perjuangan.
Telah diketahui bahwa Kalimantan barat, salah satu provinsi yg masih minim dari pemerataan infrastruktur, terutama beberapa jalan masuk desa, salah satunya akses masuk surganya borneo ini.
Baca Juga: Manfaat Tak Kasat Mata Ini, Mewajibkan Kita Untuk Mengunjungi Air Terjun.
Aku merasakan langsung pentingnya infrastruktur, ketika awal masuk desa sekendal hingga mencapai muka gerbang air terjun riam dait.

Dok Pribadi
Untung saja kala itu masih diberikan kemudahan dengan cuaca kemarau, tak mampu untuk membayangkan, bagaimana jika saat aku berkunjung tempo lalu disaat cuaca penghujan dan basah mengguyur seluruh jalan desa ketika menuju destinasi air terjun emas ini?

Dok Pribadi
Tanjakan yg terjal dengan minimnya perlakuan lanjutan, menjadikan siapa pun yg memacu kendaraan baik itu mobil atau motor, harus mengerahkan segenap kekuatan, kelincahan dan yang paling terpenting adalah berdoa agar selamat sampai pulang.
Karena selain terjal, tepian sebelah kanan ketika jalan pergi, tidak sama sekali ditemukan pembatas jalan, alias aku bisa dengan mudah menikmati panorama jurang yg dihiasi dengan beberapa pepohonan tumbang dan hutan yg lebat dikejauhan.

Dok Pribadi
Aku bergidik, rute yg dilewati saat itu seperti bentuk celurit atau arit, melengkung, meliuk, terjal serta jalan yg dilalui tidak mulus seperti aspal “melainkan licin”, dan terdapat banyak selokan bekas jejak ban kendaraan sebelumnya.
Selokan nya pun dapat dibilang sekitar setengah meteran, dengan tersusun horizontal 5 barisan lebih hingga keujung batas jurang.

Dok Pribadi
Jadi ketika berkendara harap cemas jika salah satu ban depan atau belakang terperosok ke selokan, dijamin bakal jatuh atau parahnya terguling kebawah jika berpacu dengan kecepatan tinggi.
Huft.. LEBAY PEMIRSAH !

Dok Pribadi
Tapi yg Namanya petualangan, kata orang-orang ya memang harus begini, berbeda sekali dengan jalan mengunjungi mall di kota.

Dok Pribadi
Entah, aku pun tak habis fikir ?!
Walaupun sudah mengetahui gambaran seperti apa terkait rute dan akses tersebut, sama sekali tak menyurutkan beberapa pengunjung untuk bertamu kesana, sampai-sampai ada yang ketagihan untuk kembali ke sana, termasuk aku pribadi.
Baca Juga: Riam Bedawat Hutan Indah Indonesia Dengan Bonus Tingkatan Air Terjun
Untuk perihal biaya masuk, dapat dikatakan terjangkau: untuk 1 orang dikenakan biaya Rp 10.000 dengan pembayaran di muka saat masuk desa sekandal, lalu ditambah biaya parkir Rp. 10.000 ketika sampai dilokasi riam dait, jadi total pengeluaran untuk simaksi atau HTM senilai Rp. 20.000,-.
Cukup murah bukan?
Apa saja yg aku dapatkan disini?

Dok Pribadi
Selain teman baru, suasana tenang damai yg mungkin sulit untuk didapat ketika dikota menjadi daya tarik tersendiri bagi aku pribadi, belum lagi air terjun dait dikenal dengan sebutan 7 tingkat.
Jadi ketika berkunjung kesini, tak sah untuk mengunjungi ke 7 tingkatan tersebut, penuh harap ingin melihat langsung.
Namun pada kenyataannya, aku dan teman-teman yg tergabung dari 20 orang hanya mencapai di tingkat 5 saja.

Dok Pribadi.
Karena banyak pertimbangan dan berbagai hal, selain jauh, perihal keterbatasan tenaga juga menjadi perhitungan, karena dari informasi yg aku dapatkan untuk pergi ke tingkat 7 menyajikan track yg lumayan Panjang, serta akses yang sulit.
Dikenal angker, masih terdapat binatang buas dan jika beruntung pengunjung dapat melihat secara langsung hewan endemik kalbar yaitu, enggang gading dan burung ruai.
Menurut penuturan kerabat yang sudah sampai: Saking lebatnya, ketika sampai di tingkat 7 seperti di malam hari karena rapatnya pepohonan.
Ohh, sungguh bukti Kalimantan menjadi paru-paru kedua didunia, semoga ini tetap terjaga sampai anak cucu kita nanti.
Mungkin lain cerita, jika dalam kelompok lebih dominan laki-laki, tak menutup kemungkinan aku dan teman-teman dapat mencapai ke puncaknya air terjun dait itu.
Tapi untuk perihal keindahan panorama dan sudut pandang, tetap lebih indah ketika berada di tingkatan ke-5, selain tinggi dan lebar, terdapat lapangan untuk bersantai ria didepan muka air terjun yang terpampang luas, tanpa perlu desak-desakan, siapapun dapat menari secara berkelompok tanpa mengganggu pengunjung yg lain.
Terlepas dari kesenangan, pengunjung juga mesti hati-hati ketika akan mendekati dinding riam tersebut, karena ada beberapa spot Panjang seperti palung yang lumayan dalam mematah antara sekitaran dinding dan lokasi lapangan yg aku maksud di atas.
Biasanya untuk mereka yg memburu foto bagus, akan mendekati dinding tersebut, jadi sangat dituntut kehati-hatian pengunjung.
Sebenarnya untuk mendekati dinding riam memang tidak direkomendasikan, bukan hanya khawatir terkena guyuran besar air atau terperosok ke palung, melainkan kewaspadaan jika terjadi runtuhan beberapa bongkahan batu dari atas.
Who knows?
Setelah berpuas diri mandi, berenang dan berfoto-foto di tingkatan 5, aku dan teman-teman langsung balik ke spot kemah yg kami tinggalkan ditingkat 1.
Perlu diketahui bahwa rute jarak perjalanan dari tingkat 1 – 5 tidak terlalu jauh, kurang lebih 30 menit-an, bahkan jika dengan gerak cepat tanpa melakukan vlog atau foto-foto bisa sepuluh menitan.

Dok Pribadi
Sembari menyusuri hutan untuk kembali, kami mengabadikan beberapa spot indah di setiap perjalanan, yaitu menikmati pemandangan unik setiap aliran dan patahan sungai hingga menuju turun ke tingkat 1.
Benar-benar bersih, jernih dan tidak berbau, memang betul bahwa nilai kualitas kealamian selalu nomor 1.

Lokasi pemberhentian tingkat 3 – 4.
Dok Pribadi
Selelah apapun kala itu, sama sekali tak terlintas dalam benak untuk menyesalkan, yang ada hanya keinginan untuk melakukan pengulangan berkunjung ke Air Terjun dait.
Baca Juga: 6 Hutan Kota Indonesia Ini Bikin Kamu Makin Semangat Foto
Entah kapan waktu dan kesempatan itu akan kembali terwujud, terlebih aku dikota lumayan tersandra dengan ketidakpastian dan rutinitas, sulit sekali mencari waktu yg pas.

Dok Pribadi
Pertimbangan cuaca, waktu libur dan tentunya kesamaan waktu terhadap sahabat atau teman yang memiliki keinginan berkunjung kembali ke riam dait.
Untuk menjadi solo traveller dalam menyusuri Hutan Kalimantan, sangat tidak direkomendasikan
Semoga tahun 2019 ini aku bisa mengulangi untuk menikmati alam raya hutan Kalimantan barat yg indah ini. Amin.
Sekian tulisan sederhana ini, semoga dengan pengalaman ini bermanfaat bagi kamu dan kita bisa saling mengisi melalui kolom komentar dibawah ini.
Terima kasih. Salam Lestari.
Guido Famula
Hanya pejalan kelas ekonomi nan dadakan.
~Beranjak & Menulislah~
Wadaw, asli gabisa bayangkan gimana cara lewati jalan merah yg banyak line ban itu.
Btw kendaraan macam apa yg lewat disana bro??
pake motor n mobil bisa sih mbak, tapi kudu hati-hati, jangan sampe masuk ke line ban yg dalam itu .. btw trims ya kunjungannya
mantap nih info buat liburan
iya kak, terima kasih juga ya kunjungannya. sukses selalu